Menurut Dr.
Controleur Van Oud-Agam dalam Buku Monografi Adat Nagari (Balai Gurah, Biaro
Gadang, Ampang Gadang dan Batu Taba) yang diterjemahkan oleh H. Azwar Abdullah
Dt. Mangiang (1997) disebutkan pada masa dahulu datanglah Yang Dipertuan Agung
Rajo Sati, Rajo Pagaruyuang ke Nagari Biaro sekarang dan ditempatkan raja
tersebut di Balai Bagamba untuk menitah.
Pada waktu itu rakyat setempat
berpendapat bahwa Rajo Pagaruyuang akan menetap di sana. Akhirnya rakyat kecewa, karena Rajo
Pagaruyuang tidak jadi menetap. Padahal rakyat sudah “bi harok” dari perkataan
“bi harok” inilah asal nama Biaro.