Menurut Dr.
Controleur Van Oud-Agam dalam Buku Monografi Adat Nagari (Balai Gurah, Biaro
Gadang, Ampang Gadang dan Batu Taba) yang diterjemahkan oleh H. Azwar Abdullah
Dt. Mangiang (1997) disebutkan pada masa dahulu datanglah Yang Dipertuan Agung
Rajo Sati, Rajo Pagaruyuang ke Nagari Biaro sekarang dan ditempatkan raja
tersebut di Balai Bagamba untuk menitah.
Pada waktu itu rakyat setempat
berpendapat bahwa Rajo Pagaruyuang akan menetap di sana. Akhirnya rakyat kecewa, karena Rajo
Pagaruyuang tidak jadi menetap. Padahal rakyat sudah “bi harok” dari perkataan
“bi harok” inilah asal nama Biaro.
Tanjung Alam berasal dari Tanjuang Ba-Alam, ditempat kampong Tanjuang Alam
sekarang terdapat setumpuk tanah ketinggian dan sudut tanah itu dipanjang
sebuah alam (bendera) sebagai tanda bahwa tempat tersebut ada penghuninya. Dari
perkataan Tanjuang Ba-Alam ini menjelma menjadi Tanjung Alam.
Tanjuang Medan berasal dari sebuah tanjuang yang dipergunakan penghulu-penghulu
setempat sebagai tempat untuk bermedan (rapat) dan dinamailah tempat itu
Tanjuang Medan. Di Tanjung Medan ini terdapat sebuah tempat
Pada masa dahulunya dilungguakkan
(dikumpulkan) orang batu ditempat yang sekarang bernama Lungguak Muto, yang
digunakan untuk pertahanan dari serangan musuh. Onggokan batu tersebut lama
kelamaan ditumbuhi rumput muto. Karena suburnya rumput muto tersebut sehingga
tumpukan batu tersebut tidak lagi kelihatan seakan-akan sudah menjadi
lungguakan rumput muto dan dinamailah
tempat tersebut Lungguak Muto.
Asal nama Pilubang datangnya dari perkataaan Lubang, yang banyak dibuat
orang di daerah ini untuk pertahanan dari serangan musuh.
Batang Buo adalah sebuah sungai yang mengalir melalui sebuah kampung
Batang Buo. Pada Mulanya sungai ini bernama batang baguo-guo, karena tepi
sungai ini banyak ditemukan gua-gua. Dari batang baguo-guo menjadi Batang Buo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar